an intern experience.

Liburan tengah semester bagi mahasiswa tingkat 3 Teknik Informatika mungkin merupakan salah satu “liburan” yang lewat seperti liburan biasanya, tetapi bagi saya waktu ini lebih berkesan karena pada liburan ini kami disarankan untuk melaksanakan KP atau kerja praktek. Bagi yang belum tau kerja praktek itu apa, mahasiswa Teknik Informatika setelah menyelesaikan perkuliahan tingkat 3 akan disarankan untuk magang pada saat itu, karena untuk lulus dari ITB, salah satu kewajibannya adalah melakukan kerja praktek. Tujuannya agar kita tahu pengalaman kerja yang sebenarnya bagaimana, sehingga mereka memiliki bekal setelah lulus kuliah nantinya. Pada kerja praktek ini saya berkesempatan untuk magang di Xendit.

Saya melamar sebagai infrastructure engineer di Xendit karena ingin memastikan dan melihat bagaimana sebenarnya bekerja sebagai infrastructure engineer di dunia kerja sambil memastikan passion saya. Selama kuliah kami sebagai mahasiswa-mahasiswi Teknik Informatika lebih banyak mengeksplor tentang software engineer. Hanya sedikit sekali opportunity untuk kami bisa mengeksplor dunia infrastruktur, seperti hanya sebatas menggunakan cloud dan continuous integration/continuous deployment. Namun setelah mengenal hal ini, saya jadi tertarik dan ingin lebih dalam mengeksplor tentang hal ini. Didorong oleh keingintahuan ini lah yang membuat saya memilih menjadi seorang infrastructure engineer intern pada libur kali ini.

Kesempatan intern ini saya ketahui dari salah satu teman kuliah saya. Jadi awalnya saya menghubungi HR Xendit melalui email. Saya bertanya apakah ada kesempatan untuk intern sebagai software engineer atau infrastructure engineer, karena setahu teman saya Xendit membuka lowongan untuk software engineer. Iseng bertanya dan akhirnya application saya diproses untuk intern sebagai infrastructure engineer.

Kurang lebih seminggu dari pendaftaran itu, saya mendapat kabar untuk melakukan interview. Interview pertama yang saya lakukan bersama team member Infrastructure dari Xendit. Menariknya, walaupun seharusnya interview itu dilakukan online, beliau menyarankan apakah interview bisa dilakukan secara langsung karena ia sedang berada di Bandung. Karena jarang melakukan interview, saya tidak memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap diri saya sendiri dan memberanikan diri untuk interview dengan jujur dan apa adanya. Setelah interview tersebut, saya diminta untuk menunggu kabar lebih lanjut dari HR, dan ketika saya menanyakan bagaimana interview itu berjalan, beliau berkata bahwa interview tersebut berjalan dengan baik. Puji Tuhan. Setelah beberapa kali interview (kalau mau tahu prosesnya apply aja), akhirnya saya diberikan offer untuk menjadi intern sebagai infrastructure engineer di Xendit.

Karena kondisi pandemi COVID-19, saya terpaksa menjalani periode intern dari rumah, walaupun Xendit memberikan pilihan untuk mengundurkan diri jika tidak ingin mendapat pengalaman yang kurang penuh. Saya memutuskan untuk tetap lanjut karena saya rasa hampir semua perusahaan akan melakukan work from home. Di Xendit, kami langsung dianggap sebagai anggota tim, dan ada kebiasaan baik yaitu adanya one-on-one dengan manajer yang untuk saya setidaknya seminggu sekali, dan team member selalu available jika saya ingin bertanya.

Selama 2 minggu pertama saya melakukan onboarding. Saya diminta untuk belajar beradaptasi dengan culture Xendit seperti bagaimana workflow Xendit. Selain itu juga saya belajar dasar-dasar infrastruktur seperti Kubernetes.

Setelah masa onboarding selesai, saya diberikan sebuah mini project. Mini project yang saya lakukan adalah mengeksplorasi sebuah teknologi untuk membantu meningkatkan infrastruktur di Xendit. Project ini dibantu oleh mentor-mentor yang berada pada team saya. Secara general, mini project ini meliputi research tentang sebuah tools atau konsep yang membantu workflow dari segi infrastruktur di Xendit, lalu melakukan presentasi tentang tools tersebut, dan mencoba menerapkannya, contohnya membuat sistem repository yang lebih terstruktur untuk data terkait templating. Setelah proses implementasi, maka akan diberikan feedback dari team member mengenai metode yang mungkin lebih baik atau lebih efektif dan saya akan berdiskusi dan melakukan perbaikan terhadap proyek tersebut, lalu proses tersebut diulang.

Tentunya sebagai company yang telah berkembang dengan baik perlu digunakan workflow yang baik, begitu juga yang diterapkan di Xendit. Xendit mewajibkan untuk melakukan proses implementasi di branch baru. Setelah implementasi selesai maka dilakukan pull request. Pada pull request ini, hasil implementasi akan diperiksa oleh para team member untuk diberikan saran ataupun kritik. Setelah pull request dianggap cukup maka akan dilakukan merge di branch master.

Tidak berasa setelah sekitar 2 bulan, minggu terakhir saya tiba sebagai intern di Xendit. Seluruh kerjaan saya di dokumentasi dan dibukakan pull request, dan juga saya melakukan offboarding yaitu menghapus data-data Xendit yang saya miliki. Waktu tersebut saya tidak akan lupakan, pengalaman bekerja di dunia nyata sebagai infrastructure engineer. Ada farewell terakhir, dimana saya memberi kesan pesan, dan juga diberi feedback dari rekan kerja selama ini. Saya berterima kasih kepada tim infrastructure di Xendit telah menyambut saya dengan baik dan membantu saya selama periode KP, juga kepada Xendit yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan KP bahkan di saat pandemi seperti ini.

September 4, 2020

Kevin Nathaniel Wijaya

Related posts:

I always wanted to study the theory and applications of Machine learning and Deep Learning algorithms. After completion of a few courses, I might figure out a way to dive into Machine learning and…

Thus saith the LORD to his anointed, to Cyrus, whose right hand I have holden, to subdue nations before him; and I will loose the loins of kings, to open before him the two leaved gates; and the…